Proposal Agroindustri Roti "Pengemasan dan Labeling"

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kurangnya pengenalan ilmu pertanian lebih dalam atau pengenalan fakta lapangan mahasiswa terhadap bidang pertanian sangat disayangkan. Seharusnya mahasiswa dapat memanfaatkan kekayaan alam karena Indonesia sebagai negara agraris yang memiliki potensi sangat baik di bidang pertanian. Akibatnya, banyak lulusan sekolah menengah atau perguruan tinggi bidang pertanian yang kurang terampil dalam mengembangkan ilmunya.Oleh karena itu, mahasiswa perlu turun langsung agar mendapat pengalaman melalui kegiatan lapangan.

Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang berpendidikan dalam bidang pertanian agar mampu bersaing di era global, diperlukan lulusan vokasional (D4) yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang baik tetapi sekaligus harus memiliki keterampilan dan sikap yang baik dalam bidang pertanian yang salah satu strateginya adalah dengan cara melibatkan mahasiswa pada kegiatan lapangan secara langsung. Agar mahasiswa memiliki kompetensi yang utuh maka diperlukan wahana bagi mereka untuk dapat terjun secara langsung sesuai bidang yang ditekuninya yang merupakan aplikasi nyata dari matakuliah-matakuliah yang telah dan / atau akan diperoleh dalam program perkuliahan. Sehubungan dengan hal itu maka perlu diberikan program On Farmyang topik-topiknya diangkat sesuai dengan bidang peminatan yang ditekuni dan memiliki keterkaitan dengan mata kuliah kejuruan yang telah dan atau akan diperoleh dalam pembelajaran tatap muka. Melalui kegiatan On Farm ini mahasiswa akan menjadi subjek belajar yang aktif dan berkembang, menggali potensi diri, membentuk sikap dan jiwa pertanian dalam wujud kegiatan nyata yang terampil untuk dapat menghasilkan produk akhir yang kongkrit.

Banyak ditemukannya roti pada kalangan masyarakat dan mudahnya menyajikan saat dimana pun, memberikan minat untuk berusaha roti goreng. Roti goreng dapat dijadikan sebagai alternatif sarapan bagi masyarakat. Harganya yang terjangkau semua kalangan serta rasanya yang tidak kalah enak menjadikan roti goreng ini disukai berbagai lapisan masyarakat.
1.2.Tujuan
1.2.1.    Tujuan Umum
·         Mengenalkan fakta lapangan kepada mahasiswa melalui kegiatan yang dapat menghasilkan produk akhir yang merupakan penerapan dari matakuliah kejuruan.
·         Membentuk sikap dan jiwa pertanian mahasiswa sesuai dengan bidang peminatan yang ditekuni.
·         Melatih mahasiswa membuat dan mengelola recording berdasarkan kegiatan lapangan yang dilakukan.
·         Melatih mahasiswa dalam menyajikan data dan fakta hasil kegiatan melalui laporan dan seminar.

1.2.2.    Tujuan khusus
·         Mampu membuat produk sesuai dengan dasar hukum tentang kemasan, yang akan digunakan sebagai daya pikat kepada konsumen
·         Mengetahui karakteristik kemasan yang baik untuk produk kami, dan dapat membuat label yang menarik hasrat konsumen untuk membeli

1.3.Manfaat
1.3.1.    Manfaat bagi on farm, yaitu:
·      Memperoleh dan menambah keterampilan sesuai dengan bidang peminatan yang ditekuni,
·      Mandiri dan lebih terampil dalam berwirausaha,
·      Berpengalaman dalam mengolah data dari kegiatan on farm

1.3.2.    Manfaat bagi produk,yaitu:
·      Alternatif sebagai sarapan berbagai kalangan, dengan harga yang terjangkau,
·      Menambah variasi produk makanan cemilan.


1.3.3.    Manfaat kemasan dan label, yaitu:
·           Mempermudah distribusi atau pengontrolan produk,
·           Sebagai wadah, perantara produk selama pendistribusian dari produsen ke konsumen,
·           Sebagai pelindung dari berbagai faktor penyebab kerusakan, baik faktor biologi, fisika, maupun kimia,
·           Sebagai sarana informasi produk pada konsumen,
·           Mempermudah penyimpanan dan perhitungan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.     Tinjauan Umum
Roti merupakan makanan siap saji dengan harga yang terjangkau semua kalangan, bahkan dapat dijadikan sebagai makanan pokok karena memiliki kandungan gizi yang baik seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Prinsipnya, roti dibuat dengan mencampurkan tepung dan bahan lainnya menjadi adonan kemudian difermentasikan dan dipanggang atau digoreng. Proses pembuatan roti terbagi menjadi dua yang berpengaruh terhadap kualitas roti, yaitu pembuatan adonan dan penggorengan.

2.1.1.    Pembuatan Adonan
Dalam pembuatan adonan diperlukan teknik pencampuran yang benar, perlu diperhatikan jenis bahan-bahan yang dicampur. Dimulai dengan mencampur bahan kering, kecuali garam. Karena garam ‘dilarang’ bertemu dengan ragi sejak awal. Ragi akan mati bila dicampur bersamaan. Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masing-masing komponen pada beberapa wadah. Bahan yang digunakan dalam pembuatan roti  terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu bahan utama, bahan pembantu, dan bahan tambahan. Bahan utama terdiri dari tepung terigu, air, ragi roti, dan garam.

Roti dapat dibuat dari berbagai jenis tepung, seperti terigu, jagung, beras, garut, singkong, dan lain-lain. Namun,dalam prakteknya tepung terigu merupakan bahan baku yang paling ideal untuk  pembuatan roti. Jenis yang paling tepat adalahtepung terigu jenis hard wheat dengan kandungan protein di atas 12,5 %.Kandungan protein yang tinggi akan membentuk jaringan elastis selama proses pengadukan. Pada tahap fermentasi gas yang terbentuk oleh yeast akantertahan oleh jaringan protein, hasilnya adonan roti akan mengembang besar dan empuk teksturnya. Roti umumnya dibuat dari tepung terigu kuat. Maksudnya tepung yangmampu menyerap air dalam jumlah besar, dapat mencapai konsistensi adonanyang tepat, memiliki elastisitas yang baik untuk menghasilkan roti dengan remah halus, tekstur lembut, volume besar, dan mengandung 12-13 % protein. Berdasarkan kadar proteinnya,terigu dibedakan atas terigu tipe kuat (hard wheat), tipe sedang (mediumwheat), dan tipe lemah (soft wheat).Kandungan protein pada terigu tipe kuat paling tinggi dibandingkandengan terigu tipe lainnya.

Sistem pembentukan adonan dalam pembuatan roti yaitu : Boiled DoughSponge and Dough, Straight Dough and No Time Dough. Boiled Dough, ada 3 tahap dalam pembuatanBoiled Dough, pertama membuat Pre-Dough, yaitu campuran antara air panas dan tepung terigu, lalu didinginkan. Kedua, membuat adonan biang (Sponge) yang merupakan campuran dari tepung terigu, ragi, air, dan gula pasir yang diuleni, diistirahatkan selama sekitar 90 menit. Terakhir pembuatan adonan utama atau Dough-nya yang terdiri dari gula pasir halus, garam, mentega, bread improver, telur, serpihan es, terigu protein tinggi, susu bubuk full cream, madu, dan air es.  Teknik Boiled Dough dengan memasukkan Pre-Dough ke dalam Sponge Dough, kemudian ditambahkan bahan-bahan utama dan diuleni hingga adonan menjadi kalis, lalu diistirahatkan sekitar 5 menit, selanjutnya proofing (pembentukan adonan), istirahatkan kembali untuk penyempurnaan pengembangan adonan (30-45 menit). Dan terakhir, siap dipanggang. Karakteristik dari teknik ini roti menjadi lebih lembut, ringan, dan tahan lama. Sistem Sponge and Dough terdiri dari 2 langkah pengadukan yaitu pembuatan Sponge dan pembuatan Dough. Cara pembuatannya dengan membuat adonan biang (komposisi seperti Boild Dough) kemudian istirahatkan sekitar 2 jam atau semalaman (untuk over night Sponge Dough), kemudian biang dicampurkan ke dalam adonan utama (Dough) dan uleni hingga kalis, selanjutnya timbang, proofing dan panggang. Karakteristik dari teknik ini hasil akhir volume roti besar, lembut dan tahan lama.  Sedangkan sistem Straight Dough(cara langsung) adalah proses dimana bahan-bahan diaduk bersama-sama dalam satu langkah. Semua bahan utama diuleni, diamkan selama sekitar 15 menit, tekan adonan untuk membuang gas, kemudian timbang, diamkan kembali sekitar 10 menit, kemudian proofing, dan panggang atau goreng.  Sistem No Time Doughadalah proses langsung juga dengan waktu fermentasi yang sesingkat mungkin atau ditiadakan sama sekali. Proses pengembangan adonan merupakan suatu proses yang terjadi secara sinkron antara peningkatan volume sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fermentasi dan protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang dan membentuk film tipis. Dalam proses ini terlihat dua kelompok daya yaitu daya poduksi gas dan daya penahan gas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya produksi gas adalah konsentrasi ragi roti, gula, malt, makanan ragi dan susu selama berlangsungnya fermentasi.

2.1.2.     Fermentasi Roti
Fermentasi adonan didasarkan pada aktivitas-aktivitas metobolis dari khamir dan bakteri asam laktat. Aktivitas mikroorganisme ini pada kondisi anaerob akan menghasilkan metabolit fungsional yang penting pada pembentukkan adonan. Dengan mengendalikan parameter proses fermentasi dan metode preparasi adonan dapat dimungkinkan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan enzim untuk menghasilkan adonan roti yang dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan pembentukkan.

Khamir jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang paling umum digunakan pada pembuatan roti sehingga dalam perdagangan ia lebih dikenal dengan baker’s yeast atau ragi roti. Khamir ini sangat mudah ditumbuhkan karena membutuhkan nutrisi yang sederhana, laju pertumbuhan yang cepat, sangat stabil, dan aman digunakan (food-gradeorganism).  Oleh karena itu, Saccharomyces cereviceae lebih cocok untuk digunakan dalam pembuatan roti.

Adonan yang frothy (porus seperti busa) dapat dihasilkan dengan terbentuknya atau terdispersinya gelembung-gelembung gas di dalam adonan. Gas yang dibutuhkan untuk terbentuknya adonan dapat dihasilkan melalui proses biologis, kimia, maupun fisik. Mekanisme fermentasi oleh khamir yaitu mula-mula gula yang terkandung dalam tepung dan gula yang ditambahkan difermentasi oleh khamir. Karbohidrat tepung diubah menjadi maltosa oleh enzim amilase dalam tepung diubah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa tersebut oleh maltase dari khamir dipecah menjadi etanol, CO2, komponen volatil, dan produk-produk lainnya. Gas yang dihasilkan terdispersi ke dalam adonan dalam bentuk gelembung untuk menghasilkan pori yang halus seperti gabus. Gas yang terbentuk merupakan gas CO2. Kehalusan pori yang terbentuk selama proses pengadonan tergantung pada karakteristik tepung yang digunakan seperti viskoelastisitas dari gluten dan daya ikat air (water-binding capacity). Pori yang halus bisa juga terbentuk oleh karena udara masuk ke dalam adonan dan terdispersi dalam bentuk gelembung yang halus ketika saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh oleh khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film yang impermeabel. Lapisan tersebut merupakan protein tepung terigu yang tidak larut dalam air bersifat elastis dan dapat memanjang. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan. Pembentukan gas pada proses fermentasi sangat penting karena gas yang dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat berlangsung cepat pada saat baking. Pengembangan adonan dapat melebihi 1:6 karena gas CO2 terbentuk selama fermentasi. Pembentukan gas selama fermentasi diikuti oleh reaksi-reaksi fermentatif lainnya seperti terbentuknya metabolit-metabolit intermediet yang berpengaruh pada konsistensi adonan dan terbentuknya senyawa-senyawa volatil yang merupakan prekursor aroma. Selain itu, akibat fermentasi akan memberikan flavor baru dengan terbentuknya alkohol, penurunan pH, dan metabolit lainnya sehingga mutu organoleptik roti tinggi.

2.1.3.    Penggorengan                    
Teknik pengggorengan menggunakan metode deep frying, yaitu bahan digoreng dengan minyak berlebih. Minyak panas menguapkan air kedalam bahan sehinggga produk yang dihasilkan akan kering merata dan renyah. Selama suhu pemanasan cukup dan bahan tidak terlalu lama terendam dalam minyak, penetrasi minyak akan terjadi pada permukaan luar bahan. Bila bahan terlalu lama terendam minyak, bahan akan kehilangan air dan akan terjadi penetrasi minyak ke dalam bahan.

Suhu pada penggorengan juga harus diperhatikan. Pada suhu rendah maka pembentukan gas terhambat, jika suhu terlalu tinggi maka gas yang akan dihasilkan terlalu banyak sehingga volume adonan semakin besar. Selain itu, suhu yang tinggi juga menyebabkan fermentasi berjalan terlalu cepat, rasa dan aroma adonan menjadi asam. Untuk menghindari kenaikan suhu terlalu cepat maka ditambahkan air dingin (air es) untuk membuat adonan.

2.2.     Tinjauan Khusus
2.2.1     Kemasan
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat, industri pangan juga mengalami perkembangan, serta mudah ditemukan di seluruh pelosok tanah air. Dengan munculnya berbagai macam jenis pangan, baik untuk di konsumsi langsung maupun yang dapat bertahan lama, ada satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan industri tersebut yaitu perkembangan kemasan pangan untuk mengemas produk pangan. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mengonsumsi pangan adalah asupan gizi yang seimbang serta bebas dari cemaran mikroba, kimia, dan fisik, karena faktor keamanan pangan juga merupakan syarat universal bagi mutu pangan yang baik. Dengan kata lain, suatu produk pangan, walaupun memiliki citarasa, nilai gizi, atau pun sifat fungsional yang bagus, tetap tidak cukup berarti jika produk tersebut tidak aman untuk dikonsumsi. Salah satu faktor yang terkait dengan keamanan pangan adalah keamanan bahan kemasan pangan/pembungkusan produk pangan (foodgrade).

Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak. Kemasan pangan ditujukan untuk memberi perlindungan pada pangan, misalnya untuk mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti permeasi gas, kelembaban/uap air, gesekan, benturan dan getaran, gangguan kimia seperti oksidasi dan sinar ultra violet, juga gangguan biologik seperti bakteri dan kapang. Dari segi promosi, kemasan berfungsi sebagai daya tarik pembeli. Berdasarkan eksistensinya, kemasan pangan dapat dibedakan menjadi kemasan primer, sekunder, dan tersier. Yang paling penting diperhatikan adalah kemasan pangan sebagai kemasan primer, karena kemasan ini bersentuhan langsung dengan pangan, sehingga memiliki potensi perpindahan (migrasi) zat/komponen dari kemasan pangan ke dalam pangan paling besar. Dalam proses pengolahan pangan dapat terjadi perubahan-perubahan fisik maupun kimiawi, baik yang dikehendaki atau tidak dikehendaki. Setelah melalui proses pengolahan tersebut, pangan tidak tetap stabil, melainkan dapat terus mengalami perubahan, sehingga diperlukan pemilihan pengemasan yang tepat agar masa simpan produk pangan dapat ditingkatkan dengan nilai gizi masih dapat dipertahankan.

Kemasan produk pangan selain berfungsi untuk melindungi produk, juga berfungsi sebagai penyimpanan, informasi dan promosi produk serta pelayanan kepada konsumen. Mutu dan keamanan pangan dalam kemasan sangat tergantung dari mutu kemasan yang digunakan, baik kemasan primer, sekunder maupun tertier. Oleh karena itu diperlukan adanya peraturan-peraturan mengenai kemasan pangan, yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.

Berbagai negara telah mengeluarkan peraturan terkait keamanan kemasan pangan, begitu pun Indonesia. Berikut beberapa dasar hukum yang bisa dijadikan acuan untuk kemasan pangan antaralain : UU No.7/1996 tentang pangan (UU No 7/1999) dan peraturan Menteri Kesehatan RI No.329/Menkes/XII/76 tentang produksi dan peredaran pangan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tenttang keamanan mutu dan gizi pangan, serta Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011 Tentang Pengawasan Kemasan Pangan.

Regulasi mengenai kemasan, yang ditinjau dari segi keamanan bahan kemasan pangan menyangkut tentang sifat toksiknya terutama yang bersifat kronis. Pada dasarnya terdapat persyaratan-persyaratan yang dapat ditetapkan berkaitan dengan mutu kemasan sehubungan dengan keamanan pangan, diantaranya adalah :
1.   jenis bahan yang digunakan dan yang dilarang untuk kemasan pangan
2.   bahan tambahan yang diizinkan dan yang dilarang untuk kemasan pangan
3.   cemaran
4.   residu
5.   Migrasi

Kemasan untuk mengemas produk maupun panganan, memiliki berbagai jenis kemasan sesuai dengan bahan atau produk apa yang akan dikemas. Berikut merupakan beberapa Bahan Kemasan Pangan :
1.   Kemasan plastik,
2.   Kemasan logam,
3.   Kemasan kertas dan sebagainya.

Untuk produk kami, kami menggunakan kemasan dari point nomor 1 dan 3. Untuk kemasan primernya kami menggunakan kemasan plastik ukuran 13x12 untuk isi kurang dari 5. Sedangkan untuk isi lebih dari 5 sampai 10, kami menggunakan box karton ukuran 10x15. Namun kami memiliki kemasan yang berbeda lagi, saat kami menitipkan produk kami di toko-toko atau warung terdekat. Kami menggunakan box plastik ukuran 32x26 yang dapat memuat ± 30 roti goreng. Untuk kemasan sekundernya kami menggunakan plastik kresek bening.
·      Kemasan Plastik
Plastik adalah campuran yang mengandung polimer, filler, pemlastis/plasticizer, pengawet/retard, nyala, antioksidan, lubrikan, penstabil/stabilizer panas dan pigmen warna. Jenis polimer yang banyak digunakan adalah polietilen, polipropilen, polivinil klorida dan polistirina. Risiko yang dapat ditimbulkan akibat campuran senyawa tersebut diantaranya: senyawa kimia toksik, yang merupakan akibat bermigrasinya plastik dengan produk pangan, yang dipengaruhi oleh tingginya suhu dan lamanya waktu kontak. Namun pada artikel kali ini, kemasan plastik dan turunannya seperti melamin yang terbuat dari resin dan formalin, tidak dibahas lebih lanjut, karena sudah pernah dibahas khusus pada artikel sebelumnya, serta telah di upload pada website Badan POM.
·      Kemasan Kertas dan Sejenisnya
Bahan pengemas yang berasal kertas dan sejenisnya sudah lama dikenal masyarakat, termasuk kertas tisu, koran bekas, ataupun kertas bekas lainnya yang telah diputihkan. Struktur dasar kertas adalah bubur kertas (selulosa) dan felted mat. Komponen lain adalah hemiselulosa, fenil propan terpolimerisasi sebagai lem untuk merekatkan serat, minyak esensial, alkaloid, pigmen, mineral. Pada pembuatan kertas terkadang digunakan klor sebagai pemutih, adhesive aluminium, pewarna dan pelapis. Bahan berbahaya yang ada dalam kertas, yang dapat bermigrasi kedalam pangan antara lain adalah tinta dan klor. Mengingat penggunaan kemasan kertas dapat memberikan ancaman bagi kesehatan, maka pemilihan bahan pangan yang dikemas, dan penggunaan kertas sebagai pengemas harus diperhatikan. Kertas bertinta seharusnya tidak digunakan untuk membungkus bahan pangan secara langsung. Migrasi bahan kimia berbahaya dari kemasan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan ataupun akumulasi bahan toksik.

2.2.2.    Label
Label adalah suatu tanda baik berupa tulisan, gambar, atau bentuk pernyataanlain yang disertakan pada wadah atau pembungkus sebagai yang membuat informasi tentang produk yang ada di dalamnya sebagai keterangan atau penjelasan dari produk yang dikemas.

Merancang atau mendesain label kemasan sangatlah tergantung pada kreativitas para designernya, baik ukuran, bentuk, maupun corak warnanya. Namun demikian ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat label kemasan, yaitu:
1.   Label tidak boleh menyesatkan, label harus sesuai dengan produk yang ada di dalamnya,
2.   Memuat informasi yang diperlukan, diantaranya :
·      Nama produk
·      Cap atau Trade Mark
·      Komposisi
·      Netto
·      Nama pihak produksi
·      Nama distributor atau pihak yang mengedarkan (bila ada)
·      No. Registrasi Dinas Kesehatan (Bila ada)
·      Kode produksi
·      Keterangan kadaluarsa
·      Logo halal (untuk produk yang telah mendapat sertifikasi dari MUI cantumkan pula tanggal sertifikasinya)
3.   Tulisan atau keterangan pada label harus jelas dan mudah dibaca, tidak dikaburkan oleh warna latar belakang atau gambar lainnya,
4.   Jumlah warna yang digunakan,
5.   Jenis cetakan yang dikehendaki.

Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dari label dan kemasan:
1.   Label tidak boleh mudah terlepas dari kemasannya. Warna, baik berupa gambar maupun tulisan tidak boleh luntur, pudar, atau lekang, baik karena pengaruh air, gosokan, maupun sinar matahari,
2.   Label harus ditempatkan pada bagian yang mudah dilihat.

Kami memiliki dua varian roti goreng, yaitu manis dan asin(original). Untuk roti goreng asin, kami isi dengan sayuran tumis kentang dan wortel. Sedangkan untuk roti goreng manis, kami isi dengan pisak coklat. Oleh karena itu kami membuat dua label yang berbeda untuk setiap kemasan plastik. Berikut gambar dan desain label produk kami:





BAB III
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN ON FARM

3.1. Tempat dan Waktu
Kegiatan on farm dilaksanakan di PPPPTK Pertanian khususnya di Departemen Agroindustri, dengan alamat JL. Jangari KM 14, Desa Sukajadi Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini berlangsung dalam periode waktu maksimum 3 bulan mulai tanggal 17 Desember 2012 sampai 23 Maret 2013. Khususnya pada hari senin sampai dengan hari jumat.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
·         Wadah
·         Landasan 
·         Baskom
·         Kompor
·         Wajan
·         Saringan minyak
·         Spatula
·         Box 10x15
·         Plastik kresek
·         Label
·         Proofing
·         Cold storage
·         Freezer
·         Mixer
·         Pisau
·         Talenan
·         Sendok
·         Plastik kemasan
-       13x20
-       7x15

3.2.2. Bahan
ü  Bahan Isi
·         Wortel 7½ kg
·         Kentang 7½ kg
·         Bawang putih ½ kg
·         Lada 1 renceng
·         Cabai rawit 10 ons

ü  Bahan dasar roti
·         Tepung Cakra 8 kg
·         Tepung Segitiga Biru 8 kg
·         Telur 5 kg
·         Gula pasir 1½ kg
·         Ragi instant ¼ kg
·         Garam ¼ kg
·         Margarin 2 kg
·         Baking powder 45 g
·         Air dingin 8 L
·         Tepung roti 2½ kg

3.3. Skenario Pelaksanaan
1.      Persiapan pelaksanaan on farm
2.      Pembuatan proposal
3.      Konsultasi pebimbing
4.      Uji coba formula
5.      Uji coba pemasaran
6.      Produksi
7.      Pemasaran

3.4. Jadwal Pelaksanaan



DAFTAR PUSTAKA

·         http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/195904211986032-SUDEWI/powerpoint_roti_2.pdf
·         http://eprints.uns.ac.id/231/1/166150109201011101.pdf
·         http://www.btavia.com/tahapan.htm
·         http://cungkup.wordpress.com/proses-pembuatan-roti/
·         http://www.tugaskuliah.info/2009/06/makalah-pembuatan-roti.html
·         http://firststeply.forumotion.com/t94-tepung-terigu

Post a Comment